BERSEPEDA MENYAPA TAMBORA
BERSEPEDA MENYAPA TAMBORA
Keinginan atau kami menyebutnya
mimpi untuk melakukan perjalanan bersepeda sambil berkemah (bikecamping) ke
Gunung Tambora, sudah diniatkan sejak setahun yang lalu, ketika kami komunitas Federal Bandung Indonesia (FBI)
melakukan perjalanan ke Gunung Bromo.
Ketertarikan akan pesona Gunung
Tambora yang berada di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima Propinsi Nusa
Tenggara Barat dengan ketinggian 2851 mdpl ini,
karena menurut cerita letusannya pada 200 tahun yang lalu sangat
berpengaruh ke beberapa penjuru dunia, telah
menjadi magnet tersendiri dan mengundang minat kami untuk mengunjunginya.
Menurut Wikipedia Letusan gunung
ini pada Tahun 1815 menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang
dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan
tersebut. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia.
Satu tahun berikutnya 1816 sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas
karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang
dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini
banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan
terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Waktu terus berlalu sampai akhirnya
pada awal tahun kemarin ketika kami kami sedang bikecamping di Gunung Puntang, bertemu
dan berkenalan dengan Pak Iwan Bongkeng seorang pencinta kegiatan offroad dan
juga pesepeda yang bersedia memfasilitasi kami untuk pergi ke Tambora.
Akhirnya mimpi kami pun menjadi
kenyataaan, pada hari Kamis tanggal 2
April 2015 berangkatlah rombongan yang berjumlah 50 orang, dengan menggunakan 1
bus penumpang, 1 truk pengangkut sepeda, 1 mobil pick up logistic, meninggalkan
kota Bandung tercinta menuju Bali untuk memulai perjalanan bersepeda menuju
Tambora.
Sabtu, 4 April 2015 pagi setelah
melakukan perjalan panjang yang melelahkan rombongan pun tiba di Bali, kami pun
memutuskan untuk beristirahat 1 hari di
Pulau Dewata ini, sekaligus recovery untuk persiapan perjalanan bersepeda
keesokan harinya,
Minggu, 5 April 2015 perjalanan turing
bersepeda etape pertama pun dimulai, dari tempat kami beristirahat di Pantai
Siyut Gianyar menuju Pelabuhan Padang Bai sejauh 26 km untuk selanjutnya
menyebrang menggunakan kapal ferry ke
Pulau Lombok. Dari Pelabuhan Lembar
diujung barat perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Kahyangan di ujung timur
untuk menyebrang ke pelabuhan Pototano di pulau Sumbawa. Karena hari sudah larut malam sesampainya di
Pototano kami pun segera beristirahat.
Senin, 6 April 2015 perjalanan
bersepeda etape 2 Pototano-Pantai Batu
Gong (84 km) : Udara pagi yang cerah menyambut kami ketika memulai
perjalanan, jalan aspal yang mulus di
sepanjang pinggir pantai yang elok , kontur jalan yang rata dan naik turun kami
lalui dengan suka cita.
Sambutan hangat juga kami
dapatkan dari masyarakat di pulau Sumbawa ini, disepanjang jalan yang dilalui
dari mulai anak-anak sampai orang tua mereka melambaukan tangan dan menyapa
kami, “halo mister”,..."halo mister" kata mereka. :)
Sambutan luar biasa pun kami
terima dari pihak kepolisian setempat, ketika kami beristirahat di kantor
Polsek yang kami temui, mereka dengan antusias menyambut kami , bahkan memberi
pengawalan kepada rombongan ketika kami melanjutkan perjalanan, sungguh hal
yang tidak kami duga sebelumnya.
Sore hari kami tiba di Pantai
Batu Gong Sumbawa Besar, kami pun segera memasang tenda untuk beristirahat.
Selasa, 7 April 2015 etape 3
Pantai Batu Gong – Plampang (95 km) : perjalanan hari ini masih disuguhi cuaca
yang bersahabat , malah diseparuh perjalanan kami sempat diguyur hujan, membuat
suhu udara di Sumbawa yabg biasanya panas jadi tidak terlalu menyengat,
memasuki kota Sumbawa Besar kami beristirahat sejenak sambil berphoto di Kantor
Bupati, tanpa diduga kami malah diajak masuk ke kantor Bupati untuk menemui dan
bersilaturahmi dengan beberapa pejabat di lingkungan Pemda. Sebelum melanjutkan
perjalanan dengan diantar staff pemda kami diajak mampir di Istana Dalam Loka, Berdiri
kokoh di tengah Kota Sumbawa Besar, Istana ini merupakan saksi sejarah yang
memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada zamannya. Pembangunan istana
ini diprakarsai oleh Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III pada Tahun 1885, berbentuk rumah panggung dengan
luas bangunan 904 M2, Istana Dalam Loka terlihat sangat megah. Dibangun dengan
bahan kayu, Istana ini memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara
barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan adat istiadat
maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus
bersemangatkan pada syariat Islam.
Perjalanan pun dilajutkan dan masih disuguhi
jalan aspal yang mulus , dengan kondisi naik turun yang mengasyikan. Disepanjang perjalanan kami banyak menemui
rambu lalu lintas bergambar sapi, maka tidak aneh ketika kami sedang
asyik-asyiknya mengayuh sepeda tiba-tiba behenti, karena ada segerombolan sapi
yang tengah bermain atau melintas ditengah jalan.
Sesampainya di Plampang atas kebaikan
bapak Kapolsek, kami pun menginap dihalaman polsek setempat.
Rabu, 8 April 2015 etape 4 Plampang – Manggalewa (119km) : Perjalanan etape ini merupakan perjalanan
yang sangat menguras tenaga, selain disuguhi udara panas yang menyengat sepanjang
perjalanan, kamipun disuguhi jalan yang menanjak dari mulai kabupaten Sumbawa
Besar sampai perbatasan kabupaten Dompu, bahkan pada menjelang akhir perjalanan
menuju Manggalewa di Nanga Tumpu kami disuguhi tanjakan, juga tikungan tajam yang benar-benar menguras tenaga dan menguji nyali
kami, karena dari arah yang berlawanan banyak kendaraan bermotor dengan
kecepatan tinggi yang meluncur, tanjakan
yang terus berkelok seakan tak berujung . Tetapi jerih payah kami pun terbayar
ketika berhasil mencapai puncak Nanga Tumpu, dari ketinggian puncaknya kami
bisa melihat pemandangan yang sangat mengagumkan , Teluk Saleh dengan air
lautnya yang hijau jernih berpadu dengan perbukitan yang hijau
disekitarnya….wow sungguh sedap dipandang mata. Menjelang petang seluruh
rombongan sudah memasuki Manggalewa, dan
kami pun bemalam di Sekolah Dasar Negeri Manggalewa.
Kamis, 9 April 2015 Manggalewa –
Doro Ncanga (95km) : Perjalanan etape terakhir ini masih disuguhi dengan udara
panas sekitar 41 derajat celcius yang menyengat, juga banyak melalui tanjakan yang menguras tenaga.
Beruntung ditengah perjalanan kami bisa bertemu sumber mata air Ho’do, disana
kami berendam sejenak untuk menyegarkan tubuh. Walaupun udara panas disepanjang
perjalanan tapi mata kami disugihi pemandangan yang memesona selain menikmati
keindahan gunung Tambora dari kejauhan , juga menikmati keindahan padang sabana
yang luas di sisi kiri dan kanan jalan, tempat kerbau, sapi dan kuda Sumbawa
yang tekenal liar itu bermain dengan bebasnya.
Alhamdulillah akhirnya setelah
melalui perjalanan yang melelahkan selama berhari-hari, kami pun sampai di Doro Ncanga dikaki gunung Tambora tempat
dimana event “2 Abad Tambora Menyapa Dunia” yang diselenggarakan oleh Pemda
Kabupaten Dompu & Propinsi Nusa Tenggara Barat ini berlangsung. Senangnya
dapat bertemu dan berkumpul dengan ribuan orang yang datang dari berbagai
daerah di Sumbawa, NTB, penjuru nusantara, maupun mancanegara untuk merayakan 2
Abad meletusnya Gunung yang sangat fenomenal tersebut.
Komentar
Posting Komentar